Recent Posts

Ciri-Ciri Orang Ketergantungan Sosial Media (Amankah Dari Sudut Kesehatan?)

Ciri-Ciri Orang Ketergantungan Sosial Media (Amankah Dari Sudut Kesehatan?)
source:shutterstock

Halo happy people, siapa sih yang tidak tahu sosial media? Sepertinya hampir semua umat manusia di dunia mengenal dan menggunakan sosial media, ya. Definisi sosial media menurut ahli komunikasi Varinder Taprial dan Priya Kanwar (2012), sosial media merupakan media yang digunakan oleh individu agar menjadi sosial, atau menjadi sosial secara daring (dalam jaringan) dengan cara berbagi isi, berita, foto dan lain-lain dengan orang lain. Pendapat pakar ini dikutip dari artikel milik pakarkomunikasi.com.

Selenjutnya menurut penelitian bahwa ada 5 jenis pengguna sosial media yang mimin kutip dari youtube Dr. Clarin Hayes : 

Yang pertama, unplugged atau hampir tidak pernah menggunakan sosial media. Kelompok seperti ini bisa dikatakan jarang atau hampir tidak pernah menggunakan sosial media atau penggunaan sosial media yang sangat minim dan mungkin hanya untuk menelpon atau mengabari via teks seperlunya saja. Kelompok seperti ini cenderung lebih banyak berinteraksi secara langsung dengan orang sekitarnya.

Yang kedua, diffuse dabblers yaitu pengguna sambil lalu atau lebih mudahnya pengguna sosial media yang seperlunya saja dan masih berinteraksi dengan orang sekitar. Orang dengan kelompok ini pun tidak mengalami ketergantungan terhadap sosial media.

Yang ketiga, concentrated dabblers. Perbedaan antara diffuse dabblers dan contentrated dabblers adalah terletak pada jumlah sosial media yang digunakannya. Diffuse dabblers yaitu orang yang cenderung menggunakan sosial media lebih dari satu jenis sedangkan concentrated dabblers yaitu orang yang cenderung menggunakan satu jenis sosial media secara fokus, sebagai contoh jika fokus sosial media dia adalah facebook, maka dia akan hanya memperhatikan satu media sosial itu saja, yaitu facebook. 

Yang keempat, connected atau terhubung. Kelompok jenis ini menggunakan lebih dari satu jenis sosial media dan mereka merasa bahwa menggunakan sosial media merupakan bagian dari kebutuhan hidupnya.

Yang kelima, yaitu wired atau tidak terlepas dari sosial media. Kelompok jenis ini mulai mengalami atau merasa ketergantungan dengan penggunaan sosial media, mereka mengisi hari-harinya dengan sosial media seperti untuk melepas rasa penat, mengisi kekosongan atau mencari kebahagiaan lewat sosial media. 

Orang yang wired terhadap sosial media ini tidak hanya mencari kesenangan atau sekedar mengisi kekosongan lewat sosial media tetapi mereka juga berharap feedback atau umpan balik/ imbalan dari sosial media. Kondisi seperti ini yang harus segera diwaspadai ya happy people.

Bagaimana sosial media dapat memengaruhi kesehatan mental kita? 


Yang pertama adalah dengan adanya beauty standar atau standar kecantikan. Kita melihat kecantikan para artis (contohnya) yang memiliki keindahan tubuh, kecantikan dan keanggunan yang nampaknya sempurna, memiliki banyak like dan pengikut. Jika kita mengkonsumsi hal-hal seperti ini setiap hari makan kita akan merasa tidak puas akan diri sendiri karena melihat perbedaan antara kita dengan foto-foto artis tadi. Setelah itu munculah rasa kurang percaya diri karena kita membandingkan diri kita dengan orang lain.

Yang kedua, Fear Of Missing Out (FOMO) merupakan kondisi dimana seseorang takut tertinggal berita yang sedang ramai saat ini, takut merasa tidak nyambung saat ngobrol dengan teman-teman karena tertinggal informasi, takut tidak diakui atau diterima teman-teman kerana tidak update tentang berita-berita terkini. Hal ini lah yang membuat seseorang terobsesi untuk terus memantau sosial media demi mendapatkan informasi-informasi terbaru agar diakui atau diterima di lingkungannya.

Yang ketiga, social media addiction atau ketergantungan sosial media. Ketika kita menerima suatu penghargaan maka otak akan mengeluarkan dopamine, pusat reward di otak akan menerima dopamine tersebut dan akan membuat kita merasa senang. Sebagai contoh penghargaan di sosial media adalah dengan adanya banyak like, komentar, viewer atau follower. Siapa coba yang tidak senang jika postingannya banyak yang nge-like yang ujungnya banyak follower? :D menusiawi memang. Tetapi setelah satu kali kejadian seperti ini dan merasa senang maka otak akan menginginkan kesenangan ini terus menerus sehingga jika suatu hari postingan kita tidak mendapatkan like sebanyak yang dibayangkan maka kita akan merasa cemas dan tidak puas diri hanya dari ukuran like. 

Yang keempat, merasa sosial media lebih penting dari kehidupan nyata. Jangan sampai kehidupan dan kepercayaan diri kita bergantung kepada sosial media. 

Yang kelima, stress coping mechanism atau mekanisme kita dalam menghadapai stress. Ketika kita merasa stress, sakit hati, down dan keadaan tidak enak lainnya kita melepaskan semua itu lewat sosial media untuk mencari kebahagiaan. 


Setelah menbaca hal-hal di atas apakah happy people ketergantungan terhadap sosial media? mari kita simak dan jawab pertanyaan di bawah ini ya: 

Apakah happy people merasa menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan sosial media atau merencanakan menggunakan sosial media? 
  1. Apakah happy people merasa ada dorongan untuk menggunakan sosial media secara terus menerus? 
  2. Apakah happy people merasa bahwa sosial media adalah alat untuk melupakan masalah pribadi? 
  3. Apakah happy people merasa untuk berusaha mengurangi penggunaan sosial media tetapi tidak berhasil? 
  4. Apakah happy people merasa terganggu ketika tidak menggunakan sosial media? 
  5. Apakah happy people menggunakan sosial media terlalu sering sampai berdampak negatif kedalam kehidupan? Contohnya kualitas bekerja dan kualitas belajar menurun, dll. 
Jika happy people menjawab “ya” terhadap 3 pertanyaan saja berarti itu tandanya harus “hati-hati” dan berarti sudah ketergantungan. Bagaimana cara mengatasinya? 
  1. Lakukan social media detox. Diet sosial media dengan cara memulai untuk menjalin komunikasi dengan orang-orang terkasih di sekeliling kita, berusaha untuk mengurangi penggunaan sosial media dengan cara mengatur untuk “memegang HP” misalnya boleh memegang hp di waktu sore saja. 
  2. Jika belum bisa menerapkan social media detox bisa diakali dengan mengkonsumsi hal-hal positif dari sosial media. Membaca quotes-quotes yang membangun diri, atau melihat video-video inspiratif. Hindari melihat postingan-postingan yang membuat happy people merasa tidak percaya diri. Hal yang harus diingat dalam poin ini adalah meskipun mendapatkan hal-hal positif dari sosial media diusahakan untuk tetap tidak ketergantungan. 
  3. Seimbangkan antara kehidupan nyata dan kehidupan maya. 
Inti dari poin ke satu sampai ketiga di atas adalah bahwa kunci untuk mengontrol diri ada di diri kita masing-masing ☺ Jangan ingin diperbudak dengan sosial media ya happy people, gunakan secukupnya dan gunakan dengan bijak. Salam sehat, Mimin 


source:youtube

Belum ada Komentar untuk "Ciri-Ciri Orang Ketergantungan Sosial Media (Amankah Dari Sudut Kesehatan?)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel